(Dit is een vertaling in Bahasa voor fans in Indonesië.) Alle verdere vermeldingen staan in het Nederlands in andere posten.
Siaran Pers
Telah Berpulang Wieteke van Dort
Den Haag, 16 Juli 2024
Dikelilingi oleh keluarganya, Wieteke van Dort meninggal dunia dengan tenang di rumahnya di Den Haag pada hari Senin 15 Juli. Dia akan dikremasi secara pribadi pada hari Kamis. Publik memiliki kesempatan untuk memberikan penghormatan terakhir pada hari Rabu, 24 Juli, pukul 14.00-17.00 di Kloosterkerk, Lange Voorhout 2 di Den Haag.
Penyanyi dan aktris ini didiagnosa menderita kanker dengan metastasis pada bulan Mei lalu.
Wieteke van Dort menjadi sangat terkenal di tahun 1970-an dengan berbagai program televisi, terlebih sebagai Tante Lien dari Indonesia, tokoh ciptaannya. Di sekitar tahun 1980, dia menggunakan nama panggung “Tante Lien” sebagai pembawa acara dalam acara 'Late Late Lien Show' dengan bintang tamu para artis seperti Anneke Grönloh, The Blue Diamonds dan Sandra Reemer yang juga berasal dari Indonesia Para penonton mengenali latar belakang Indonesia mereka dari Tante Lien. Ia berbicara dalam bahasa Indonesia dan mengetahui perasaan jutaan orang Belanda yang, karena alasan apa pun, terhubung dengan Indonesia.
Lagu kebangsaannya yang berjudul 'Geef Mij Maar Nasi Goreng' juga menyentuh penonton Indonesia. Dengan segera mereka dapat mengenali gayanya yang menggambarkantanah air mereka.
Dia juga suka menyanyikan banyak lagu Indonesia, seperti 'Bengawan Solo', 'Terang bulan', dan 'Jalan Kenangan'. Bagaimanapun juga, ia tumbuh besar dengan Bahasa Indonesia.
Keluarga Van Dort datang ke Jawa pada tahun 1840 dan menyatu dengan Tanah Jawa. Wieteke lahir pada tahun 1943 di Surabaya, di bawah pemerintahan Jepang. Pada tahun 1945, dua bulan setelah proklamasi Negara Indonesia, ayahnya dibunuh oleh seorang pemimpin gerombolan di Sidoarjo. Wieteke kemudian tumbuh besar di Negara Indonesia yang baru. Ia berusia 14 tahun ketika Presiden Sukarno mengusir orang Belanda dari Indonesia dan menasionalisasi harta benda mereka.
Di Belanda, ibu dan ayah keduanya membangun kehidupan baru. Pada tahun 1970-an, ia kembali ke Indonesia untuk pertama kalinya. Setelah itu, dia melakukannya hampir setiap tahun. Dia telah mengesampingkan masa lalu demi cinta dan rasa hormatnya pada negara dan orang-orang Indonesia yang telah dia terima di dalam hatinya. Dia masih menjalin hubungan dengan teman-teman sekolahnya di sana dan juga berteman baik dengan Rima Melati dan Frans Tumbuan.
Tahun lalu, ia merayakan ulang tahunnya yang ke-80 di Bali saat syuting film layar lebar 'Verliefd op Bali'. Pada Bulan Februari, ia membuat 15 program acara anak-anak di televisi tentang budaya Indonesia.
Wieteke van Dort Productions
Den Haag
Beeld: Kippa/Anp
Siaran Pers
Telah Berpulang Wieteke van Dort
Den Haag, 16 Juli 2024
Dikelilingi oleh keluarganya, Wieteke van Dort meninggal dunia dengan tenang di rumahnya di Den Haag pada hari Senin 15 Juli. Dia akan dikremasi secara pribadi pada hari Kamis. Publik memiliki kesempatan untuk memberikan penghormatan terakhir pada hari Rabu, 24 Juli, pukul 14.00-17.00 di Kloosterkerk, Lange Voorhout 2 di Den Haag.
Penyanyi dan aktris ini didiagnosa menderita kanker dengan metastasis pada bulan Mei lalu.
Wieteke van Dort menjadi sangat terkenal di tahun 1970-an dengan berbagai program televisi, terlebih sebagai Tante Lien dari Indonesia, tokoh ciptaannya. Di sekitar tahun 1980, dia menggunakan nama panggung “Tante Lien” sebagai pembawa acara dalam acara 'Late Late Lien Show' dengan bintang tamu para artis seperti Anneke Grönloh, The Blue Diamonds dan Sandra Reemer yang juga berasal dari Indonesia Para penonton mengenali latar belakang Indonesia mereka dari Tante Lien. Ia berbicara dalam bahasa Indonesia dan mengetahui perasaan jutaan orang Belanda yang, karena alasan apa pun, terhubung dengan Indonesia.
Lagu kebangsaannya yang berjudul 'Geef Mij Maar Nasi Goreng' juga menyentuh penonton Indonesia. Dengan segera mereka dapat mengenali gayanya yang menggambarkantanah air mereka.
Dia juga suka menyanyikan banyak lagu Indonesia, seperti 'Bengawan Solo', 'Terang bulan', dan 'Jalan Kenangan'. Bagaimanapun juga, ia tumbuh besar dengan Bahasa Indonesia.
Keluarga Van Dort datang ke Jawa pada tahun 1840 dan menyatu dengan Tanah Jawa. Wieteke lahir pada tahun 1943 di Surabaya, di bawah pemerintahan Jepang. Pada tahun 1945, dua bulan setelah proklamasi Negara Indonesia, ayahnya dibunuh oleh seorang pemimpin gerombolan di Sidoarjo. Wieteke kemudian tumbuh besar di Negara Indonesia yang baru. Ia berusia 14 tahun ketika Presiden Sukarno mengusir orang Belanda dari Indonesia dan menasionalisasi harta benda mereka.
Di Belanda, ibu dan ayah keduanya membangun kehidupan baru. Pada tahun 1970-an, ia kembali ke Indonesia untuk pertama kalinya. Setelah itu, dia melakukannya hampir setiap tahun. Dia telah mengesampingkan masa lalu demi cinta dan rasa hormatnya pada negara dan orang-orang Indonesia yang telah dia terima di dalam hatinya. Dia masih menjalin hubungan dengan teman-teman sekolahnya di sana dan juga berteman baik dengan Rima Melati dan Frans Tumbuan.
Tahun lalu, ia merayakan ulang tahunnya yang ke-80 di Bali saat syuting film layar lebar 'Verliefd op Bali'. Pada Bulan Februari, ia membuat 15 program acara anak-anak di televisi tentang budaya Indonesia.
Wieteke van Dort Productions
Den Haag
Beeld: Kippa/Anp
Minder weergeven