Aan Hare Excellentie mevrouw Retno L.P. Marsudi,Buitengewoon en Gevolmachtigd Ambassadeur van de Republiek Indonesië, thans Minister van Buitenlandse Zaken (Red. ICM)
Excellentie,
De Nederlandse ambassadeur in Indonesië heeft 12 september 2013 in Jakarta namens de Nederlandse regering excuses aangeboden voor de standrechtelijke executies door Nederlandse militairen tijdens het militair optreden in de periode 1945 - 1949. Familieleden en weduwen van in Zuid-Sulawesi geëxecuteerden woonden de bijeenkomst bij waarin de Nederlandse ambassadeur excuses aanbood. De ambassadeur onderhield zich met enige nabestaanden van geëxecuteerden.
De standrechtelijke executies zijn niet in opdracht van de Nederlandse regering uitgevoerd maar zijn wel door militairen die de Nederlandse regering dienden verricht. De Nederlandse regering is dus niet schuldig aan deze executies, maar is wel verantwoordelijk voor de daden van haar militairen. Het aanbieden van excuses door de Nederlandse regering is een kenmerk dat een beschaafde regering betaamt.
Het aanbieden van excuses voor standrechtelijke executies door Nederlandse militairen in de periode 1945-1949 moet echter niet verhullen dat in 1945-1946 Indonesische republikeinen zich in meest afschuwelijke excessen uitleefden jegens Nederlandse staatsburgers die net uit Japanse gevangenschap kwamen en Nederlandse staatsburgers van Nederlands-Indische afkomst, zogenoemde “Buitenkampers”, die deels buiten de Japanse kampen waren gebleven. 17 augustus 1945, 2 dagen na de Japanse capitulatie, is de Republiek Indonesia uitgeroepen. Vrijwel onmiddellijk begon de hetze gepropageerd door diverse Indonesische leiders. Bekend opschrift in die tijd op borden, gevels en treinstellen was “Sateh Belanda”.
“Pemuda’s”, Indonesische strijdgroepen van jongeren, gewapend met vuurwapens, zwaarden, bambu spiesen en andere moordwapens overvielen Nederlandse en Nederlands-Indische gezinnen. Deze gezinnen bestonden kort na de Japanse capitulatie op 15 augustus 1945 veelal uit vrouwen en kinderen omdat de weerbare mannen nog in Japanse krijgsgevangenschap verbleven. Vrouwen werden verkracht, de borsten afgesneden en huilende kinderen en baby’s ten overstaan van hun doodbloedende moeders de hals doorgesneden en het lichaam in stukken gesneden.
De moordpartijen in 1945-1946 door Indonesische strijdgroepen met name op diverse plaatsen op Java en Zuid Sulawesi waren geen antwoord op Nederlandse militaire acties omdat van operationele Nederlandse militaire aanwezigheid in die periode daar, geen sprake was.
Indonesische strijdgroepen hebben in de periode 1945-1949 naar schatting 20.000 weerloze Nederlandse staatsburgers vermoord. Het aantal vermisten als gevolg van gepleegde misdaden tegen Nederlandse staatsburgers is naar inschatting 15.000.
-2-
-2-
Het past de Indonesische regering beschaving te tonen door voor de gepleegde misdaden van haar onderdanen jegens weerloze Nederlandse burgers in de periode 1945-1949 de Nederlandse regering haar excuses aan te bieden.
Hoogachtend,
w.g.
N.A. Wijnveldt 7 oktober 2013
Mozartlaan 4A
9603 AR Hoogezand
Op internet zijn de video’s te zien:
Deel 1: http://www.uitzendinggemist.nl/afleveringen/1279594
>>
>> Deel 2: http://www.uitzendinggemist.nl/afleveringen/1282420
++++++++++++++++++++++++++++++++Bahasa Indonesia ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Kepada Yang Mulia Ibu Retno L.P. Marsudi, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh dari Republik Indonesia sekarang
Paduka Yang Mulia,
Pada tanggal 12 September 2013 atas nama pemerintah Belanda duta besar Belanda untuk Indonesia di Jakarta telah menyampaikan permohonan maaf untuk eksekusi-eksekusi tanpa diadili terlebih dahulu yang dilakukan oleh militer-militer Belanda selama tindakan militer dalam periode 1945-1949. Anggota keluarga dan para janda dari mereka yang telah dieksekusi di Sulawesi Selatan menghadiri pertemuan di mana duta besar Belanda menyampaikan permohonan maaf. Duta besar mengadakan pembicaraan dengan beberapa anggota keluarga yang masih hidup dari mereka yang telah dieksekusi.
Eksekusi-eksekusi tanpa diadili terlebih dahulu tersebut tidak dilakukan atas perintah pemerintah Belanda tetapi memang dilaksanakan oleh anggota-anggota militer yang melayani pemerintah Belanda. Dengan demikian pemerintah Belanda tidak bersalah dalam eksekusi-eksekusi ini, tetapi memang bertanggung jawab atas tindakan para anggota militernya. Penyampaian permohonan maaf oleh pemerintah Belanda merupakan suatu ciri khas yang selayaknya dilakukan oleh sebuah pemerintah yang beradab.
Namun penyampaian permohonan maaf untuk eksekusi-eksekusi tanpa diadili terlebih dahulu yang dilakukan oleh militer-militer Belanda dalam periode 1945-1949 jangan sampai menyembunyikan kenyataan bahwa dalam periode 1945-1946 republiken-republiken Indonesia sepuas-puasnya melakukan ekses-ekses yang paling mengerikan terhadap warga-warga Belanda yang baru saja dibebaskan dari penahanan Jepang dan warga-warga Belanda yang berdarah Hindia-Belanda, yang disebut “Buitenkampers”, yang sebagian berada di luar kamp-kamp Jepang. 17 Agustus 1945, 2 hari setelah kapitulasi Jepang, Republik Indonesia diproklamasikan. Hampir segera setelah itu mulailah propaganda kampanye negatif oleh berbagai pemimpin Indonesia. Teks terkenal di papan-papan, dinding-dinding dan gerbong kereta api pada waktu itu adalah “Sateh Belanda”.
Para “Pemuda”, kelompok-kelompok pertempuran kaum muda Indonesia, dipersenjatai dengan senjata api, pedang, bambu runcing dan senjata-senjata pembunuhan lainnya menyerang keluarga-keluarga Belanda dan Hindia-Belanda. Tidak lama setelah kapitulasi Jepang pada tanggal 15 Agustus 1945 keluarga-keluarga ini kebanyakan terdiri dari perempuan dan anak-anak karena para lelaki yang mampu mempertahankan diri masih berada di tahanan militer Jepang. Perempuan-perempuan diperkosa, susunya dipotong dan anak-anak dan bayi-bayi yang menangis disembelih dan tubuhnya dipotong-potong di depan ibu-ibunya yang sudah setengah mati karena pendarahan.
Pembantaian-pembantaian dalam periode 1945-1946 oleh kelompok-kelompok pertempuran Indonesia terutama di berbagai tempat di Jawa dan Sulawesi Selatan bukanlah reaksi terhadap aksi-aksi militer Belanda, karena dalam periode tersebut tidak ada kehadiran militer Belanda yang operasional di sana.
-2-
-2-
Kelompok-kelompok pertempuran Indonesia dalam periode 1945-1949 diperkirakan telah membantai 20.000 warga Belanda yang tak berdaya. Jumlah orang yang hilang sebagai akibat dari tindakan-tindakan kejahatan yang dilakukan terhadap warga Belanda diperkirakan sebesar 15.000.
Selayaknya pemerintah Indonesia menunjukkan keberadabannya dengan menyampaikan permohonan maafnya kepada pemerintah Belanda atas tindakan-tindakan kejahatan yang telah dilakukan oleh warga-warganya terhadap warga-warga Belanda yang tak berdaya dalam periode 1945-1949.
Hormat kami,
w.g.
N.A. Wijnveldt 7 oktober 2013
Mozartlaan 4A
9603 AR Hoogezand
Di internet bisa dilihat video-video:
Bagian 1: http://www.uitzendinggemist.nl/afleveringen/1279594
>>
>> Bagian 2: http://www.uitzendinggemist.nl/afleveringen/1282420
Opmerkingen